Advertisement

An Appropriate Packaging for Seafood Products

An Appropriate Packaging for Seafood Products Halo, nama saya Anisa Witri Sofiarani. Saya adalah mahasiswa pascasarjana jurusan Teknik Kimia di Universitas Diponegoro dengan nomor induk mahasiswa (NIM) 21030119420025. Disini saya akan menjelaskan mengenai tugas saya tentang an appropriate packaging for seafood products (fish products) using edible film, coating, and modified atmosphere product (MAP). I hope you enjoy! xoxo~

Produk perikanan adalah salah satu komoditas pangan paling diperdagangkan di seluruh dunia. Pangsa total produksi yang diekspor meningkat secara signifikan dari 25 persen pada pertengahan 1970-an menjadi hampir 37 persen pada 2012, yang mencerminkan tingkat integrasi sektor yang semakin meningkat dalam ekonomi global. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan liberalisasi, inovasi teknologi, peningkatan dalam proses, pengemasan, dan transportasi, serta perubahan distribusi dan pemasaran, telah semakin mempercepat tren ini, sambil memfasilitasi munculnya rantai pasokan yang kompleks di mana barang sering melewati batas negara beberapa kali sebelum konsumsi akhir (FAO, 2014).
Sumber daya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) paling tinggi. Sumberdaya tersebut paling tidak mencakup 37% dari spesies ikan di dunia. Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias dan kekerangan termasuk rumput laut (Barani, 2004).
Ikan segar adalah produk yang sangat mudah rusak karena aktivitas airnya yang tinggi, ketersediaan nutrisi, pH hampir netral (faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan mikroba) dan adanya enzim autolitik; karena itu, rentan terhadap kerugian pasca panen. Di bawah kondisi penyimpanan berpendingin normal, umur simpan dibatasi oleh pengembangan enzimatik (yang disebabkan oleh enzim endogen atau mikroba) dan reaksi kimia. Faktor penyebab awal utama untuk pembusukan ikan adalah pertumbuhan dan invasi mikroba, diikuti oleh enzim autolitik dan kemudian oleh reaksi kimia, seperti oksidasi atau hidrolisis (Socaciu et al, 2018).
Kerugian paska panen ikan segar karena pembusukan mikroba adalah masalah yang sangat penting bagi industri perikanan (Diei-Ouadi et al, 2011). Jadi, persyaratan khusus dan teknik pengawetan diperlukan untuk meminimalkan aktivitas bakteri pembusuk. Produk ikan segar saat ini disimpan di atas es atau di bawah pendingin selama distribusi dan pemasarannya. Dalam kondisi ini, umur simpan mereka terbatas pada 5-10 hari (tergantung pada spesies, lokasi panen, dan musim) dan mereka dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi pedagang dan pengecer ikan (Getu et al, 2015). Oleh karena itu, industri proses ikan secara aktif mencari metode alternatif pelestarian umur simpan dan pemasaran ikan segar. Pengemasan memainkan peran penting dalam rantai pasokan ikan dan merupakan bagian dari solusi untuk mengatasi limbah makanan (Yildirim et al, 2018). Pengemasan edible film dan pengemasan di atmosfer (MAP) biasanya digunakan sebagai pengganti instrumen atau pendingin untuk mencegah kerusakan pada lapisan pembusukan, dan meningkatkan masa pakai produk ikan segar (Velu et al, 2013).

Products

Post a Comment

0 Comments